Selasa, 07 Februari 2017

Review : Ketika Cinta Bertasbih


Telat banget ya kalau posting tentang novel atau film ini. Tapi karena ini salah satu novel dan film favorit saya. Jadi pingin mereview sedikit tentang Ketika Cinta Bertasbih..

Rangkaian kisah yang dituturkan, kata demi kata yang disajikan memiliki ’ruh’.  Perpaduan antara romantisme yang santun dan nasehat religius yang ’membumi’ membuat karya ini begitu kaya hikmah dan mencerahkan.  Siapa pun akan tergugah dan ’tertarik’ dalam perjalanan spiritual yang meneduhkan saat membaca Dwilogi Pembangun Jiwa fenomenal karya Habiburrahman el Shirazy, ”Ketika Cinta Bertasbih”.



Bermula dari kisah seorang mahasiswa cerdas dan pekerja keras yang merantau ke negeri Para Nabi untuk menimba ilmu di Universitas legendaris Mesir, Al Azhar.  Khairul Azzam, demikian nama pemuda itu, adalah sosok mahasiswa berprestasi yang meraih peringkat terbaik di awal kuliahnya.  Namun kematian sang Ayah membuat Azzam mengubah orientasi hidupnya.  Dia memilih untuk berjibaku dengan menggeluti usaha tempe, demi menghidupi Ibunda dan ketiga adiknya di tanah air, Indonesia.  Sebuah pilihan yang sulit, hari-harinya menuntut ilmu kini tergantikan rutinitas mengolah dan mendistribusikan tempe.  Namun tak apa, dia rela, asalkan Ibunda dan ketiga adiknya dapat hidup layak dan menatap masa depan yang lebih cerah.


Lalu, kisah bergulir pada sosok bidadari yang rendah hati dan bersahaja, Anna Althafunnisa.  Gadis cerdas itu lebih muda dari Azzam, dan sedang menyelesaikan tesis S2 di Al Azhar.  Putri pemilik Pesantren Daarul Qur’an tersebut begitu memukau dengan kesholihan, keanggunan, dan kecemerlangan pikirannya.  Tak terhitung pemuda yang jatuh hati dan ingin meminangnya.  Tapi dia justru terkesan pada seorang pemuda yang telah menolongnya ketika tertimpa musibah selepas berbelanja di toko buku Daarut Tauzi’.  Pemuda itu tak lain adalah Azzam, yang saat itu memperkenalkan dirinya sebagai Abdullah.



Kisah berlanjut pada seorang Furqan Andi Hasan.  Teman Azzam yang telah menempuh S2 itu begitu sempurna, lulusan terbaik Al Azhar yang tampan dan kaya raya.  Pujaan hati para gadis, mulai dari mahasiswi hingga artis sekaligus putri Dubes KBRI.  Namun Furqan harus menghadapi cobaan terberat ketika dirinya divonis positif HIV, justru ketika akhirnya dia berhasil mempersunting bidadari Daarul Qur’an, Anna Althafunnisa.

Kegigihan, kerja keras, semangat, dan sikap pantang menyerah Azzam kelak mengantarnya menjadi seorang entrepreneur muda yang sukses.  Mungkin dia tak bisa meluluskan mimpinya menimba ilmu hingga S3 di negeri Seribu Menara tersebut, namun berbagai ujian kehidupan telah dilaluinya dengan gemilang.  Sosok Azzam telah membuktikan bahwa prestasi seseorang tak selalu diukur dari sisi akademis.  Di saat para freshgraduate berebut mencari pekerjaan, Azzam justru telah menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka.  Padahal untuk menyelesaikan S1 saja, dia membutuhkan waktu 9 tahun.  Sembilan tahun yang telah dia korbankan demi orang-orang yang dicintainya.  Tak sia-sia, betapa cinta dan pengorbanan tulusnya mampu melecut adik-adiknya menuju keberhasilan, salah seorang diantaranya bahkan menjadi penulis muda berbakat yang mendapat penghargaan dari Mendiknas. 



Kang Abik, demikian sapaan khas penulis Dwilogi Pembangun Jiwa ini berhasil menghidupkan cerita lewat karakteristik tokoh yang kuat dan permainan alur yang tak terduga, namun tetap alami dan berkesinambungan.  Kelihaian Kang Abik menceritakan seluk beluk Mesir dan Pesantren Daarul Qur’an menjadi magnet yang menyatukan pembaca dengan kisah tersebut.  Romantisme percintaan yang ditawarkan suci dalam bingkai islami, dan jauh dari kesan picisan.  Satu hal yang takkan pernah diduga adalah ending cerita ini.  Anda yang mengaku bisa menebak ending cerita ini pun tetap akan dibuat penasaran dan harap-harap cemas dalam setiap potongan kisahnya.  Seseorang menyarankan Azzam untuk melamar Anna lewat seorang ustadz, meski saat itu Azzam sama sekali tak mengenal Anna.  Namun Azzam kecewa, karena bidadari Daarul Qur’an itu telah terlebih dulu dilamar Furqan.  Anna menerima lamaran tersebut, meski hati kecilnya mengharapkan Azzam.  Bagaimana kelanjutan kisahnya?  Anda akan takjub, bahwa jodoh itu adalah bagian rizki yang tidak akan mungkin tertukar.  Saksikanlah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar